ESTETIKA DAN PERKEMBANGANNYA
( ESTETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT, ESTETIKA DAN ILMU )
UNTUK
MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
PENDIDIKAN SENI
RUPA DAN KERAJINAN TANGAN
DOSEN
PENGAMPU : M. REYHAN FLOREAN, M.Pd.
OLEH
KELOMPOK 3:
1. ANITA
RAHAYU NPM :
15186206150
2. ASTRIT APRILLIA RANI NPM : 15186206152
3. KRISCA RENANDA NPM
: 15186206164
4. LILIS
SETIAWATI NPM
: 15186206166
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
STKIP
PGRI TRENGGALEK
OKTOBER 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Cetak Sablon sederhana dan
Monoprint tugasmata kuliah Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan Tangandari M.
Reyhan Florean,M.pd.
Makalah ini disusun dengan
referensi yang penulis ambil dari beberapa sumber dan dikerjakan dengan
semaksimal mungkin. Penulis mengucapkan terima kasih kepada M. Reyhan
Florean,M.pd selaku dosen pengampu, yang telah membantu membimbing
menyelesaiakan setiap hambatan dalam pengerjaannya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini tentunya masih
banyak kekurangan, untuk itu penulis mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan
maupun informasi pada makalah ini. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dari makalah
ini.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca
khususnya saya sendiri. Setidaknya untuk sekedar membuka cakrawala berpikir kita
tentang pembelajaran membaca.
Trenggalek, 03 Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul...............................................................................................
|
i
|
Kata Pengantar..............................................................................................
|
ii
|
Daftar
Isi.......................................................................................................
|
iii
|
BAB I PENDAHULUAN
|
|
A.
LatarBelakang....................................................................................
|
1
|
B.
IdentifikasiMasalah...........................................................................
|
2
|
C.
RumusanMasalah
.............................................................................
|
2
|
D.
Tujuan
...............................................................................................
|
2
|
BAB II
PEMBAHASAN
|
|
A.
Pengertian Estetika
.............................................................................
|
3
|
B.
Pengertian Estetika dan Filsafat …....................................................
C.
Pengertian Estetika dan Ilmu
…………………………………….....
|
5
9
|
BAB III PENUTUP
|
|
A.
Kesimpulan.........................................................................................
B.
Saran………………………………………………………………...
DAFTAR RUJUKAN……………………………………………………….
|
12
12
13
|
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan adalah
salah satu alat untuk mengangkat derajat manusia untuk menjadikan manusia
dipandang sebagai makhluk yang sempurna dengan akal dan kreativitas itu dapat
disalurkan kedalam berbagai bidang atau disiplin ilmu, salah satunya adalah
seni.
Istilah dan pengertian keindahan tidak lagi mempunyai tempat yang terpenting
dalam estetik karena sifatnya yang makna ganda untuk menyebut berbagai hal,
bersifat longgar untuk dimuati macam-macam cirri dan juga subyektif untuk
menyatakan penilaian pribadi terhadap sesuatu yang kebetulan menyenangkan.
Didalam kehidupan
sehari-hari keindahan sangat berguna dan di butuhkan oleh manusia pada umumnya.
Keindahan digunakan manusia agar mendapatkan rasa kepuasan tersendiri.
Keindahaan pun tidak dapat dipandang sama oleh setiap orang, karena apabila
seseorang memandang atau menilai bahwa benda itu memiliki keindahan yang tinggi
belum tentu orang lain memandang bahwa benda tersebut memiliki keindahan yang
tinggi pula. Sehingga nilai keindahan dapat dikatakan relatif.
Cara membuat benda
indah pun tidak bisa jika dengan teori dam jiwa yang kosong, karena jika tidak mempunyai jiwa dan teori
yang mendalam maka sulit untuk seseorang membuat benda itu menjadi indah.
Biasanya jika pelukis,pemusik ataupun sastrawan memiliki jiwa yang penuh dengan
keadaan hati yang baik akan menghasilkan karya yang memuaskan juga. Selain itu,
keadaan sekitar dalam menciptakan karya juga akan mempengaruhi karyanya.
Sehingga di dalam makalah
ini, kelompok kami ingin menyajikan teori tentang pengertian estetika dan
pengembangannya. Estetika yang merupakan sebuah cabang dari filsafat yang
membahas tentang seni. Estetika yang mempunyai hubungan juga dengan sebuah
filsafat, maupun estetika yang mempunyai hubungan dengan ilmu. Cangkupan
estetika pun cukup luas yang dapat didalami dan di pelajari dalam kaidah-kaidah
yang mengandung unsur keindahan.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam makalah ini adalah :
1.
Pemahaman
tentang pengertian estetika..
2.
Pemahaman
tentang estetika dan filsafat.
3.
Pemahaman tentang estetika dan ilmu.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah diatas, rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1.
Apakah yang dimaksud estetika?
2.
Apakah makna estetika dan filsafat?
3.
Apakah makna estetika dan ilmu?
D.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui tentang arti dari estetika di dalam
seni rupa.
2.
Untuk mengetahui tentang makna estetika dan filsafat di dalam seni
rupa.
3.
Untuk mengetahui tentang
makna estetika dan ilmu di dalam seni
rupa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Estetika
Estetika
merupakan istilah yang
muncul sekitar tahun 1750 oleh A.G. Baumgarten, seorang filsuf minor. Istilah
tersebut diperoleh dari bahasa Yunani kuno, yaitu aisthetikos atau aishtanomai aistheton yang artinya kemampuan
melihat atau mengamati melalui penginderaan. Estetika dihubungkan dengan
sesuatu yang berbau seni karena mengandung keindahan yang dapat dipandang.
Sejak kemunculannya, estetika menjadi istilah yang selalu digunakan untuk
mengutarakan bahasa filsafat terhadap karya seni. Namun, nyatanya seni tidak
hanya dipandang sebagai sesuatu yang indah sehingga harus ada bidang yang
digunakan untuk menjawab hakekat seni sebanarnya yaitu filsafat seni.
Seperti yang dikemukakan oleh Jacob Sumardjo, perbedaan pengertian antara
estetika dengan filsafat seni adalah pada objek yang dinilainya. Jika estetika
merupakan pengetahuan yang membahas tentang keindahan segala macam hal mulai
dari seni dan juga keindahan alam, maka filsafat seni hanya mempersoalkan karya
yang dianggap seni itu sendiri saja.
Sementara itu, pengertian
istilah estetika terus berkembang dan memiliki uraian berbeda dari para ahli,
diantaranya :
1.
K. Kuypers,
estetika adalah hal-hal yang berlandaskan pada sesuatu yang berkaitan dengan
pengamatan.
2.
Louis Kattsof, estetika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan
batasan rakitan (stucture) dan peranan (role) dari keindahan, khususnya dalam
seni.
3.
Alexander
Baumgarten (1714-1762), seorang filsuf Jerman adalah yang pertama
memperkenalkan kata "aisthetika", sebagai penerus pendapat Cottfried
Leibniz (1646-1716). Alexander Baumgarten memilih estetika karena ia
mengharapkan untuk memberikan tekanan kepada pengalaman seni sebagai suatu
sarana untuk mengetahui (the perfection of sentient knowledge).
4.
Menurut
effendi (1993) estetika dapat didefinisikan sebagai susunan bagian dari sesuatu
yang mengandung pola. Pola mana mempersatukan bagian-bagian tersebut yang
mengandung keselarasan dari unsur-unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan.
5.
Estetika disebut
juga dengan istilah filsafat keindahan. Emmanuel Kant meninjau keindahan dari 2
segi, pertama dari segi arti yang subyektif dan kedua dari segi arti yang
obyektif.
a.
Subyektif
: Keindahan adalah sesuatu yang tanpa direnungkan dan tanpa sangkut paut dengan
kegunaan praktis, tetapi mendatangkan rasa senang pada si penghayat.
b.
Obyektif:
Keserasian dari suatu obyek terhadap tujuan yang dikandungnya, sejauh obyek ini
tidak ditinjau dari segi gunanya. Bagi Immanuel Kant, sarana kejiwaan yang
disebut cita rasa itu berhubungan dengan dicapainya kepuasan atau tidak
dicapainya kepuasaan atas obyek yang diamati. Rasa puas itu pun berkaitan
dengan minat seseorang atas sesuatu. Suatu obyek dikatakan indah apabila
memuaskan minat seseorang dan sekaligus menarik minatnya. Pandangan ini
melahirkan subyektivisme yang berpengaruh bagi timbulnya aliran-aliran seni
modern khususnya romantisme pada abad ke-19.
6.
Al-Ghazali, keindahan suatu
benda terletak di dalam perwujudan dari kesempurnaan. Perwujudan tersebut dapat
dikenali dan sesuai dengan sifat benda itu. Disamping lima panca indera, untuk
mengungkapkan keindahan di atas Al Ghazali juga menambahkan indra ke enam
yang disebutnya dengan jiwa (ruh) yang disebut juga sebagai spirit, jantung, pe
mikiran, cahaya. Kesemuanya
dapat merasakan keindahan dalam dunia yang lebih dalam yaitu nilai-nilai
spiritual, moral dan agama. Kaum materialis cenderung mengatakan nilai-nilai
berhubungan dengan sifat-sifat subjektif, sedangkan kaum idealis berpendapat
nilai-nilai bersifat objektif.
Berdasarkan
pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa estetika adalah salah satu
cabang filsafat yang membahas keindahan. Estetika
merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan bagaimana
supaya dapat merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah
sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris yang kadang dianggap
sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang
sangat dekat dengan filosofi seni. Selain
itu, estetika juga dapat diartikan sebagai suatu cabang filsafat yang
memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada alam dan seni.
Pandangan ini mengandung pengertian yang sempit.
Saat
ini, estetika tidak lagi dipandang sebagai filsafat keindahan, hal itu disebabkan
karena estetika kini tidak lagi semata-mata menjadi permasalahan falsafi tapi
sudah sangat ilmiah. Dewasa ini tidak hanya membicarakan keindahan saja dalam
seni atau pengalaman estetis, tetapi juga gaya atau aliran seni, perkembangan
seni dan sebagainya.
Masalah
dalam seni banyak sekali. Di antara masalah tersebut yang penting adalah
masalah manakah yang termasuk estetika, dan berdasarkan masalah apa dan ciri
yang bagaimana. Hal ini dikemukakan
oleh George T. Dickie dalam bukunya "Aesthetica".
Dia mengemukakan tiga derajat masalah (pertanyaan) untuk mengisolir
masalah-masalah estetika :
1.
pertama, pernyataan
kritis yang mengambarkan, menafsirkan, atau menilai karya-karya seni yang khas.
2.
Kedua pernyataan
yang bersifat umum oleh para ahli sastra, musik atau seni untuk memberikan ciri
khas genre-genre artistik (misalnya : tragedi, bentuk sonata, lukisan
abstrak).
3.
Ketiga, ada
pertanyaan tentang keindahan, seni imitasi, dan lain-lain.
B.
Estetika
dan Filsafat
Filsafat
estetika
pertama kali dicetuskan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1975) yang
mengungkapkan bahwa estetika adalah cabang ilmu yang dimaknai oleh perasaan. Filsafat
estetika
adalah cabang ilmu yang membahas masalah keindahan. Bagaimana keindahan bisa
tercipta dan bagaimana orang bisa merasakannya dan memberi penilaian terhadap
keindahan tersebut. Maka filsafat estetika akan selalu berkaitan dengan antara
baik dan buruk, antara indah dan jelek.
Secara etimologi, estetika
diambil dari bahasa Yunani, aisthetike yang berarti segala sesuatu yang
diserap oleh indera. Filsafat estetika membahas tentang refleks kritis yang
dirasakan oleh indera dan memberi penilaian terhadap sesuatu, indah atau tidak
indah, beauty or ugly.
Filasafat estetika adalah
cabang ilmu dari filsafat Aksiologi, yaitu filsafat nilai. Istilah Aksiologi
digunakan untuk menberikan batasan mengenai kebaikan, yang meliputi etika,
moral, dan perilaku. Adapun Estetika yaitu memberikan batasan mengenai hakikat
keindahan atau nilai keindahan. Kaum materialis cenderung mengatakan
nilai-nilai berhubungan dengan sifat-sifat subjektif, sedangkan kaum idealis
berpendapat nilai-nilai bersifat objektif. Andaikan kita sepakat dengan kaum
materialis bahwa yang namanya nilai keindahan itu merupakan reaksi-reaksi
subjektif. Maka benarlah apa yang terkandung dalam sebuah ungkapan “Mengenai
masalah selera tidaklah perlu ada pertentangan”.
Serupa orang yang menyukai
lukisan abstrak, sesuatu yang semata-mata bersifat perorangan. Jika sebagian
orang mengaggap lukisan abstrak itu aneh, sebagian lagi pasti menganggap
lukisan abstrak itu indah. Karena reaksi itu muncul dari dalam diri manusia
berdasarkan selera.
Berbicara mengenai penilaian
terhadap keindahan maka setiap dekade, setiap zaman itu memberikan penilaian
yang berbeda terhadap sesuatu yang dikatakan indah. Jika pada zaman romantisme
di Prancis keindahan berarti kemampuan untuk menyampaikan sebuah keagungan,
lain halnya pada zaman realisme keindahan mempunyai makna kemampuan untuk menyampaikan
sesuatu apa adanya. Sedangkan di Belanda pada era de Stijl keindahan mempunyai
arti kemampuan mengomposisikan warna dan ruang juga kemampuan mengabstraksi
benda.
Pembahasan estetika
akan berhubungan dengan nilai-nilai sensoris yang dikaitkan dengan sentimen dan
rasa. Sehingga estetika akan mempersoalkan pula teori-teori mengenai seni.
Dengan demikian, estetika merupakan sebuah teori yang meliputi:
a.
Penyelidikan mengenai sesuatu
yang indah;
b.
Penyelidikan mengenai prinsip-prinsip yang mendasari seni;
c.
Pengalaman yang bertalian
dengan seni, masalah yang berkaitan dengan penciptaan seni, penilaian terhadap
seni dan perenungan atas seni.
Filsafat
merupakan bidang pengetahuan yang senantiasa bertanya dan mencoba menjawab
persoalan-persoalan yang sangat menarik perhatian manusia sejak dahulu hingga
sekarang. Salah satu persoalan yang mendasari ungkapan rasa manusia adalah
estetika, jika peranannya sebagai filsafat dan ilmu pengetahuan.
Ø The Liang Gie menyatakan ada enam jenis persoalan
falsafi, yaitu :
1.
Persoalan metafisis (methaphysical problem)
2.
Persoalan epistemologis (epistemological problem)
3.
Persoalan
metodologis (methodological problem)
4.
Persoalan logis (logical problem)
5.
Persoalan etis (ethical problem)
6.
Persoalan estetika (esthetic problem)
Ø
Persoalan estetika pada pokoknya meliputi empat hal :
1.
Nilai estetika (esthetic value)
Nilai adalah ukuran derajad
tinggi-rendah atau kadar yang dapat diperhatikan, diteliti atau dihayati dalam
berbagai objek yang bersifat fisik maupun abstrak. Nilai dapat diartikan
sebagai esensi, pokok yang mendasar, yang akhirnya dapat menjadi dasar-dasar
normatif.
Karya
seni sebagai hasil ciptaan manusia mempunyai nilai-nilai tertentu untuk
memuaskan suatu keinginan manusia. Sekiranya tidak memiliki nilai-nilai
itukarya seni takkan diciptakan manusia dan seni tidak mungkin berkembang sejak
dulu sampai mencapai kedudukannya dewasa ini yang demikian universal dan tinggi
(The Liang Gie, 1976:72)
Pada
dasarnya setiap nilai seni dari konteks manapun memiliki nilai yang tetap.
Setiap artefak seni memiliki aspek nilai instrinsik-artistik, yakni berupa
bentuk-bentuk menarik atau indah. Nilai lain dalam karya seni adalah nilai
kognitif atau pengetahuan. Nilai ini terbatas pada beberapa cabang seni saja.
Ada beberapa cabang seni yang kurang mengandung nilai kognitif. Seperti musik,
hanya alat yang menimbulkan bunyi itu yang bersifat kontekstual. Nilai kognitif
amat tampak dalam seni rupa, seni film, dan seni sastra.Nilai seni yang
terakhir adalah nilai hidup. Karya seni bukan semata-mata demi artistik,
meskipun ada aliran yang demikian. Tetapi, karena nilai itu sendiri selalu
dalam konteks praktis dan fungsional dalam hidup manusia, maka perasaan nilai
di luar nilai artistik menjadi sasarannya juga.
a.
Menurut Dharsono
Soni Kartika dalam bukunya yang berjudul pengantar estetika, nilai seni terbagi
3 :
§ Nilai Intrinsik
Nilai instrinsik adalah nilai
yang hakiki dalam karya seni secara implisit. Sifatnya mutlak dan hakiki dan
nilai instrinsik adalah nilai seni itu sendiri.
§ Nilai Ekstrinsik
Nilai ekstrinsik adalah nilai
yang tidak hakiki. Nilai ini tidak langsung menentukan suatu karya seni,
melainkan berfungsi sebagai pendukung, memperkuat kehadiran atau
penyelenggarakan karya seni.
§ Nilai Musikal
Nilai musikal adalah suatu
kualita musik murni yang tersamar dan sukar ditangkap oleh proses penghayatan
karya seni. Nilai musikal ini memuaskan seniman dan pencipta seni yang
disebabkan oleh rasa senang yang didasari secara spontan.
§ Nilai Makna
Dalam penampilan seninkita dapat menyimak makna penampilan
itu, baik yang terdapat pada bentuk luar maupun isinya. Makna luar adalah makna
yang sebenarnya dan melambangi makna yang terkandung dibalik makna itu.
Nilai seni dan nilai estetis sangat sulit dibedakan dan dipisahkan, karena
keduanya menyangkut psikologi seni dan filsafat seni, dan ada didalam “dunia”
yang sama yakni didalam karya seni. Menurut Immanuel Kant (seorang penggagas
aliran kritisime dalam tradisi filsafat) mengatakan bahwa nilai estetis terbagi
menjadi dua.
§ Pertama, nilai estetis atau nilai murni. Oleh karena
nilainya murni, maka bila ada keindahan, dikatakan keindahan murni. Keindahan
nilai estetis murni ini terdapat pada garis, bentuk, warna dalam seni rupa.
Gerak, tempo, irama dalam seni tari. Suara, metrum, irama dalam seni musik.
Dialog dan gerak dalam seni drama.
§ Kedua, nilai ekstra estetis atau nilai tambahan. Nilai
ekstra estetis (nilai luar estetis) yang merupakan nilai tambahan terdapat pada
bentuk-bentuk manusia, alam dan binatang.
2.
Pengalaman estetis (esthetic experience)
Dalam menikmati karya seni, ada dua kategori, yaitu : pengalaman artistik
dan pengalaman estetik. Pengalaman artistik adalah pengalaman seni yang terjadi
dalam proses penciptaan karya seni. Pengalaman ini dirasakan oleh seniman atau
pencipta seni pada saat melakukan aktivitas artistik. Sedangkan pengalaman estetik
adalah pengalaman yang dirasakan oleh penikmat terhadap karya estetik
(keindahan). Konteksnya bisa ditunjukan untuk penikmat karya seni dan keindahan
alam.
Pengalaman estetik terhadap benda seni dan alam adalah dua pengalaman yang
berbeda tanggapan estetiknya, karena keindahan alam dan karya seni memiliki
karakteristik yang berbeda. Emmanuel Khan dan beberapa filsuf lain menandaskan
bahwa pengalaman estetik bersifat tanpa pamrih, manusia tidak mencari
keuntungan, tidak terdorong pertimbangan praktis.
Pengalaman religius dalam beberapa gejala menampakkan diri sebagai (mirip
dengan) pengalaman estetis, tetapi terdapat perbedaan yang terletak pada suatu
dorongan atau dinamisme yang termuat dalam pengalaman religius yaitu kearah
transenden.
3.
Perilaku orang yang mencipta (seniman)
Seniman berusaha mengkomunikasikan idenya lewat benda-benda seni kepada
publik. Publik yang menikmati dan menilai karya seni tersebut akan memberikan
nilai-nilai. Pikiran para seniman tidak selalu bersifat abstrak dalam menuangkan
idenya.
Objek
yang ditampilkan oleh seniman berasal dari fase kehidupan manusia, alam
pikiran, ajaran tertentu, kepercayaan dan dunia estetika itu sendiri, yang
disebut dengan tema. Tema dalam seni terdiri dari lima (5) macam, yaitu:
a. Tema yang menyenangkan, tema yang paling mudah dan paling digemari oleh
seniman dan mudah dihayati publik. Tema ini terdiri dari; tema berbesar hati
(optimistis), tema bercinta luhur (idealistis), tema yang menimbulkan rasa enak
atau membius.
b. Tema yang tidak menyenangkan, yang terdiri dari; tema yang mengerikan
(tragis), tema yang menyedihkan (pathetis).
c. Tema yang lucu, tema ini dapat meragukan situasi tema yang menyenangkan
atau tidak menyenangkan. Yang menjadi objek seolah-olah berpura-pura namun
tidak mengena.
d. Tema renungan, yang berisi; keanehan dari fantasi seniman atau apa yang
hidup dalam manusia sendiri, nasehat atau khutbah yang bersumber pada agama dan
moralitas.
e. Tema ungkapan estetis, tema ini membina seni menjadi lebih murni, karena
seniman memanipulasi berbagai kemungkinan dari unsur komposisinya. Tema ini
mempunyai kemungkinan lebih murni dalam mengubah suatu karya seni, karena tidak
terikat oleh makna dan nilai lain, atau tema dan cerita.
4. Seni
Dalam kehidupan manusia,
tidak satupun yang tak dapat diungkapkan dalam seni, baik yang bersifat murni
maupun yang bersifat rohani. Dengan bertolak dari suatu pernyataan bahwa seni
adalah penampilan (representation) dan bukan kenyataan (reality). Dengan seni,
seniman dapat mengemukakan suatu bahan pikiran tertentu, renungan atau ajaran
tertentu bagi para publiknya.
C.
Estetika
dan Ilmu
Istilah estetika sebagai “ilmu tentang seni dan keindahan”
pertama kali di perkenalkan oleh Alexander Baumgarten (1714-17620, seorang
filsuf Jerman adalah yang pertama memperkenalkan kata “aisthetika”, sebagai
penerus pendapat Cottfried Leibniz (1646-1716). Baumgarten memilih estetika
karena ia mengharapkan untuk memberikan tekanan kepada pengalaman seni sebagai
suatu sarana untuk mengetahui (the perfection of sentient knowledge). Untuk
estetika sebaliknya jangan dipakai kata filsafat keindahan karena estetika kini
tidak lagi semata-mata menjadi permasalahan falsafi tapi sudah sangat ilmiah.
Dewasa ini tidak hanya membicarakan keindahan saja dalam seni atau pengalaman
estetis, tetapi juga gaya atau aliran seni, perkembangan seni dan sebagainya.
Walaupun pembahasan estetika sebagai ilmu baru dimulai pada abd ke XVII namun
pemikiran tentang keindahan dan seni sudah ada sejak zaman yunani kuno, yang
disebut dengan istilah “beauty” yang diterjemahkan dengan istilah “filsafat
keindahan”.
Ilmu estetika adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan
keindahan, mempelajari semua aspek dari apa yang kita maksud dengan keindahan.
Estetika dan ilmu merupakan
suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, karena sekarang ada kecenderungan
orang memandang sebagai ilmu kesenian (science of art) dengan penekanan watak
empiris dari disiplin filsafat.
Dalam karya seni dapat digali berbagai persoalan obyektif. Umpamanya persoalan
tentang susunan seni, anatomi bentuk, atau pertumbuhan gaya, dan sebagainya.
Penelahaan dengan metode perbandingan dan analisis teoritis serta penyatu
paduan secara kritis menghasilkan sekelompok pengetahuan ilmiah yang dianggap
tidak tertampung oleh nama estetika sebagai filsafat tentang keindahan. Akhir
abad ke-19 bidang ilmu seni ini di Jerman disebut “kunstwissensechaft”. Bila
istilah itu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris adalah “general science of
art”.
E.D. Bruyne dalam bukunya Filosofe van de Kunst berkata bahwa pada abad ke-19
seni diperlakukan sebagai produk pengetahuan alami. Sekarang dalam penekanannya
sebagai disiplin ilmu, estetika dipandang sebagai “the theory of sentient
knowledge”. Estetika juga diterima sebagai “the theory of the beautiful of art”
atau “the science of beauty”.Estetika dan ilmu merupakan suatu
kesatuan yang tak dapat dipisahkan, karena sekarang ada kecenderungan orang
memandang sebagai ilmu kesenian (science of art) dengan penekanan watak
empiris dari disiplin filsafat. Dalam karya seni dapat digali berbagai
persoalan obyektif. Umpamanya persoalan tentang susunan seni, anatomi bentuk,
atau pertumbuhan gaya, dan sebagainya. Penelahaan dengan metode perbandingan
dan analisis teoritis serta penyatupaduan secara kritis menghasilkan sekelompok
pengetahuan ilmiah yang dianggap tidak tertampung oleh nama estetika sebagai
filsafat tentang keindahan. Akhir abad ke-19 bidang ilmu seni ini di Jerman
disebut "kunstwissensechaft". Bila istilah itu diteterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris adalah "general science of art".
E.D.
Bruyne dalam bukunya Filosofie van de Kunst berkata bahwa
pada abad ke-19 seni diperlakukan sebagai produk pengetahuan alami.
Sekarang dalam penekanannya sebagai disiplin ilmu, estetika dipandang sebagai
"the theory of sentient knowledge". Estetika juga diterima
sebagai "the theory of the beautiful of
art" atau "the science of beauty".
Sebagai
disiplin ilmu, estetika berkembang sehingga mempunyai perincian yang semakin
kaya, antara lain :
a.
Theories
of art,
b.
Art
Histories,
c.
Aesthetic
of Morfology,
d.
Sociology
of Art,
e.
Anthropology
of Art,
f.
Psychology
of Art,
g.
Logic,
Semantic, and Semiology of Art.
Estetika
merupakan studi filsafati berdasarkan nilai apriori dari seni
(Panofsky) dan sebagai studi ilmu jiwa berdasarkan gaya-gaya dalam seni
(Worringer).
Berdasarkan
kenyataan pendekatan ilmiah terhadap seni, dalam estetika dihasilkan sejarah
kesenian dan kritik seni. Sejarah kesenian bersifat faktual, dan positif,
sedangkan kritik seni bersifat normatif.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Estetika adalah
salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Selain itu, estetika juga dapat diartikan sebagai suatu cabang filsafat
yang memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada alam dan seni.
2.
Filsafat
estetika
adalah cabang ilmu yang membahas masalah keindahan. Bagaimana keindahan bisa
tercipta dan bagaimana orang bisa merasakannya dan memberi penilaian terhadap
keindahan tersebut. Filsafat estetika membahas tentang refleks kritis yang
dirasakan oleh indera dan memberi penilaian terhadap sesuatu, indah atau tidak
indah, beauty or ugly. Persoalan estetika pada pokoknya
meliputi empat hal yaitu nilai estetika (esthetic value), pengalaman
estetis (esthetic experience), Perilaku orang yang mencipta (seniman), dan
Seni.
3.
Ilmu estetika adalah ilmu yang mempelajari
segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek dari
apa yang kita maksud dengan keindahan.Estetika dan ilmu merupakan suatu
kesatuan yang tak dapat dipisahkan, karena sekarang ada kecenderungan orang
memandang sebagai ilmu kesenian (science of art) dengan penekanan watak
empiris dari disiplin filsafat..
B.
Saran
Dengan adanya
makalah ini, diharapkan para pembaca dapat mengetahui dan memahami makna
estetika dan perkembangannya sebenarnya, sehingga para pembaca dapat memberikan
apresiasi lebih terhadap karya seni. Selain itu, diharapkan pula makalah ini
bermanfaat para pembaca dalam penerapannya kususnya kepada para calon Guru SD.
DAFTAR RUJUKAN
Putri,
Ayunda.2015.Pengertian Estetika Dan
Perkembangannya.(online).specialpengetahuan.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-estetika
dan perkembangannya.html?m=1. Di akses pada 01 oktober 2016
Pamela,
Anita.2013.Pengertian Estetika dan Ruang Lingkup Kajiannya.(online).catatan-senirupa.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-estetika-dan-ruang-lingkup.html?m=1.
di akses pada 01 oktober 2016