Kamis, 26 Januari 2017

MAKALAH ESTETIKA DAN PERKEMBANGANNYA



ESTETIKA DAN PERKEMBANGANNYA
( ESTETIKA, ESTETIKA DAN FILSAFAT, ESTETIKA DAN ILMU )
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN SENI RUPA DAN KERAJINAN TANGAN
DOSEN PENGAMPU : M. REYHAN FLOREAN, M.Pd.


OLEH 
KELOMPOK 3:
1.    ANITA RAHAYU                             NPM : 15186206150
2.    ASTRIT APRILLIA RANI             NPM : 15186206152
3.    KRISCA RENANDA                      NPM : 15186206164
4.    LILIS SETIAWATI                          NPM : 15186206166

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
STKIP PGRI TRENGGALEK
        OKTOBER  2016


KATA PENGANTAR

              Puji syukur   kehadirat Tuhan  Yang Maha Esa atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Cetak Sablon sederhana dan Monoprint tugasmata kuliah Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan Tangandari M. Reyhan Florean,M.pd.
              Makalah ini disusun dengan referensi yang penulis ambil dari beberapa sumber dan dikerjakan dengan semaksimal mungkin. Penulis mengucapkan terima kasih kepada M. Reyhan Florean,M.pd selaku dosen pengampu, yang telah membantu membimbing menyelesaiakan setiap hambatan dalam pengerjaannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
              Penulis menyadari dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan maupun informasi pada makalah ini. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dari makalah ini.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca khususnya saya sendiri. Setidaknya untuk sekedar membuka cakrawala berpikir kita tentang pembelajaran membaca.

Trenggalek, 03 Oktober 2016

Penulis





DAFTAR ISI


Halaman Judul...............................................................................................
i
Kata Pengantar..............................................................................................
ii
Daftar Isi.......................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN

A.   LatarBelakang....................................................................................
1
B.     IdentifikasiMasalah...........................................................................
2
C.     RumusanMasalah .............................................................................
2
D.     Tujuan ...............................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN

A.     Pengertian Estetika .............................................................................
3
B.     Pengertian Estetika dan Filsafat....................................................
C.     Pengertian Estetika dan Ilmu …………………………………….....
5
9
BAB III PENUTUP

A.     Kesimpulan.........................................................................................
B.     Saran………………………………………………………………...
DAFTAR RUJUKAN……………………………………………………….
12
12
13












BAB 1
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu alat untuk mengangkat derajat manusia untuk menjadikan manusia dipandang sebagai makhluk yang sempurna dengan akal dan kreativitas itu dapat disalurkan kedalam berbagai bidang atau disiplin ilmu, salah satunya adalah seni.
Istilah dan pengertian keindahan tidak lagi mempunyai tempat yang terpenting dalam estetik karena sifatnya yang makna ganda untuk menyebut berbagai hal, bersifat longgar untuk dimuati macam-macam cirri dan juga subyektif untuk menyatakan penilaian pribadi terhadap sesuatu yang kebetulan menyenangkan.
Didalam kehidupan sehari-hari keindahan sangat berguna dan di butuhkan oleh manusia pada umumnya. Keindahan digunakan manusia agar mendapatkan rasa kepuasan tersendiri. Keindahaan pun tidak dapat dipandang sama oleh setiap orang, karena apabila seseorang memandang atau menilai bahwa benda itu memiliki keindahan yang tinggi belum tentu orang lain memandang bahwa benda tersebut memiliki keindahan yang tinggi pula. Sehingga nilai keindahan dapat dikatakan relatif.
Cara membuat benda indah pun tidak bisa jika dengan teori dam jiwa yang kosong,  karena jika tidak mempunyai jiwa dan teori yang mendalam maka sulit untuk seseorang membuat benda itu menjadi indah. Biasanya jika pelukis,pemusik ataupun sastrawan memiliki jiwa yang penuh dengan keadaan hati yang baik akan menghasilkan karya yang memuaskan juga. Selain itu, keadaan sekitar dalam menciptakan karya juga akan mempengaruhi karyanya.
Sehingga di dalam makalah ini, kelompok kami ingin menyajikan teori tentang pengertian estetika dan pengembangannya. Estetika yang merupakan sebuah cabang dari filsafat yang membahas tentang seni. Estetika yang mempunyai hubungan juga dengan sebuah filsafat, maupun estetika yang mempunyai hubungan dengan ilmu. Cangkupan estetika pun cukup luas yang dapat didalami dan di pelajari dalam kaidah-kaidah yang mengandung unsur keindahan.

B.       Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam makalah ini adalah :
1.        Pemahaman tentang pengertian estetika..
2.        Pemahaman tentang estetika dan filsafat.
3.        Pemahaman tentang estetika dan ilmu.

C.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1.        Apakah yang dimaksud estetika?
2.        Apakah makna estetika dan filsafat?
3.        Apakah makna estetika dan ilmu?

D.      Tujuan
1.        Untuk  mengetahui tentang arti dari estetika di dalam seni rupa.
2.        Untuk mengetahui tentang  makna estetika dan filsafat di dalam seni rupa.
3.        Untuk mengetahui tentang makna  estetika dan ilmu di dalam seni rupa.




BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pengertian Estetika
Estetika merupakan istilah yang muncul sekitar tahun 1750 oleh A.G. Baumgarten, seorang filsuf minor. Istilah tersebut diperoleh dari bahasa Yunani kuno, yaitu aisthetikos atau aishtanomai aistheton yang artinya kemampuan melihat atau mengamati melalui penginderaan. Estetika dihubungkan dengan sesuatu yang berbau seni karena mengandung keindahan yang dapat dipandang. Sejak kemunculannya, estetika menjadi istilah yang selalu digunakan untuk mengutarakan bahasa filsafat terhadap karya seni. Namun, nyatanya seni tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang indah sehingga harus ada bidang yang digunakan untuk menjawab hakekat seni sebanarnya yaitu filsafat seni. Seperti yang dikemukakan oleh Jacob Sumardjo, perbedaan pengertian antara estetika dengan filsafat seni adalah pada objek yang dinilainya. Jika estetika merupakan pengetahuan yang membahas tentang keindahan segala macam hal mulai dari seni dan juga keindahan alam, maka filsafat seni hanya mempersoalkan karya yang dianggap seni itu sendiri saja.
Sementara itu, pengertian istilah estetika terus berkembang dan memiliki uraian berbeda dari para ahli, diantaranya :
1.         K. Kuypers, estetika adalah hal-hal yang berlandaskan pada sesuatu yang berkaitan dengan pengamatan.
2.         Louis Kattsof, estetika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan batasan rakitan (stucture) dan peranan (role) dari keindahan, khususnya dalam seni.
3.        Alexander Baumgarten (1714-1762), seorang filsuf Jerman adalah yang pertama memperkenalkan kata "aisthetika", sebagai penerus pendapat Cottfried Leibniz (1646-1716). Alexander Baumgarten memilih estetika karena ia mengharapkan untuk memberikan tekanan kepada pengalaman seni sebagai suatu sarana untuk mengetahui (the perfection of sentient knowledge).
4.        Menurut effendi (1993) estetika dapat didefinisikan sebagai susunan bagian dari sesuatu yang mengandung pola. Pola mana mempersatukan bagian-bagian tersebut yang mengandung keselarasan dari unsur-unsurnya, sehingga menimbulkan keindahan.
5.         Estetika disebut juga dengan istilah filsafat keindahan. Emmanuel Kant meninjau keindahan dari 2 segi, pertama dari segi arti yang subyektif dan kedua dari segi arti yang obyektif.
a.         Subyektif : Keindahan adalah sesuatu yang tanpa direnungkan dan tanpa sangkut paut dengan kegunaan praktis, tetapi mendatangkan rasa senang pada si penghayat.
b.        Obyektif: Keserasian dari suatu obyek terhadap tujuan yang dikandungnya, sejauh obyek ini tidak ditinjau dari segi gunanya. Bagi Immanuel Kant, sarana kejiwaan yang disebut cita rasa itu berhubungan dengan dicapainya kepuasan atau tidak dicapainya kepuasaan atas obyek yang diamati. Rasa puas itu pun berkaitan dengan minat seseorang atas sesuatu. Suatu obyek dikatakan indah apabila memuaskan minat seseorang dan sekaligus menarik minatnya. Pandangan ini melahirkan subyektivisme yang berpengaruh bagi timbulnya aliran-aliran seni modern khususnya romantisme pada abad ke-19.
6.        Al-Ghazali, keindahan suatu benda terletak di dalam perwujudan dari kesempurnaan. Perwujudan tersebut dapat dikenali dan sesuai dengan sifat benda itu. Disamping lima panca indera, untuk mengungkapkan keindahan di atas Al Ghazali juga menambahkan indra ke enam  yang disebutnya dengan jiwa (ruh) yang disebut juga sebagai spirit, jantung, pe
mikiran, cahaya. Kesemuanya dapat merasakan keindahan dalam dunia yang lebih dalam yaitu nilai-nilai spiritual, moral dan agama. Kaum materialis cenderung mengatakan nilai-nilai berhubungan dengan sifat-sifat subjektif, sedangkan kaum idealis berpendapat nilai-nilai bersifat objektif.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa estetika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Estetika merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, dan bagaimana supaya dapat merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni. Selain itu, estetika juga dapat diartikan sebagai suatu cabang filsafat yang memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada alam dan seni. Pandangan ini mengandung pengertian yang sempit.
Saat ini, estetika tidak lagi dipandang sebagai filsafat keindahan, hal itu disebabkan karena estetika kini tidak lagi semata-mata menjadi permasalahan falsafi tapi sudah sangat ilmiah. Dewasa ini tidak hanya membicarakan keindahan saja dalam seni atau pengalaman estetis, tetapi juga gaya atau aliran seni, perkembangan seni dan sebagainya.
Masalah dalam seni banyak sekali. Di antara masalah tersebut yang penting adalah masalah manakah yang termasuk estetika, dan berdasarkan masalah apa dan ciri yang bagaimana. Hal ini dikemukakan oleh George T. Dickie dalam bukunya "Aesthetica". Dia mengemukakan tiga derajat masalah (pertanyaan) untuk mengisolir masalah-masalah estetika :
1.      pertama, pernyataan kritis yang mengambarkan, menafsirkan, atau menilai karya-karya seni yang khas.
2.      Kedua pernyataan yang bersifat umum oleh para ahli sastra, musik atau seni untuk memberikan ciri khas genre-genre artistik (misalnya : tragedi, bentuk sonata, lukisan abstrak).
3.      Ketiga, ada pertanyaan tentang keindahan, seni imitasi, dan lain-lain.

B.       Estetika dan Filsafat
Filsafat estetika pertama kali dicetuskan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten (1975) yang mengungkapkan bahwa estetika adalah cabang ilmu yang dimaknai oleh perasaan. Filsafat estetika adalah cabang ilmu yang membahas masalah keindahan. Bagaimana keindahan bisa tercipta dan bagaimana orang bisa merasakannya dan memberi penilaian terhadap keindahan tersebut. Maka filsafat estetika akan selalu berkaitan dengan antara baik dan buruk, antara indah dan jelek.
Secara etimologi, estetika diambil dari bahasa Yunani, aisthetike yang berarti segala sesuatu yang diserap oleh indera. Filsafat estetika membahas tentang refleks kritis yang dirasakan oleh indera dan memberi penilaian terhadap sesuatu, indah atau tidak indah, beauty or ugly.
Filasafat estetika adalah cabang ilmu dari filsafat Aksiologi, yaitu filsafat nilai. Istilah Aksiologi digunakan untuk menberikan batasan mengenai kebaikan, yang meliputi etika, moral, dan perilaku. Adapun Estetika yaitu memberikan batasan mengenai hakikat keindahan atau nilai keindahan. Kaum materialis cenderung mengatakan nilai-nilai berhubungan dengan sifat-sifat subjektif, sedangkan kaum idealis berpendapat nilai-nilai bersifat objektif. Andaikan kita sepakat dengan kaum materialis bahwa yang namanya nilai keindahan itu merupakan reaksi-reaksi subjektif. Maka benarlah apa yang terkandung dalam sebuah ungkapan “Mengenai masalah selera tidaklah perlu ada pertentangan”.
Serupa orang yang menyukai lukisan abstrak, sesuatu yang semata-mata bersifat perorangan. Jika sebagian orang mengaggap lukisan abstrak itu aneh, sebagian lagi pasti menganggap lukisan abstrak itu indah. Karena reaksi itu muncul dari dalam diri manusia berdasarkan selera.
Berbicara mengenai penilaian terhadap keindahan maka setiap dekade, setiap zaman itu memberikan penilaian yang berbeda terhadap sesuatu yang dikatakan indah. Jika pada zaman romantisme di Prancis keindahan berarti kemampuan untuk menyampaikan sebuah keagungan, lain halnya pada zaman realisme keindahan mempunyai makna kemampuan untuk menyampaikan sesuatu apa adanya. Sedangkan di Belanda pada era de Stijl keindahan mempunyai arti kemampuan mengomposisikan warna dan ruang juga kemampuan mengabstraksi benda.
Pembahasan estetika akan berhubungan dengan nilai-nilai sensoris yang dikaitkan dengan sentimen dan rasa. Sehingga estetika akan mempersoalkan pula teori-teori mengenai seni. Dengan demikian, estetika merupakan sebuah teori yang meliputi:
a.       Penyelidikan mengenai sesuatu yang indah;
b.       Penyelidikan mengenai prinsip-prinsip yang mendasari seni;
c.       Pengalaman yang bertalian dengan seni, masalah yang berkaitan dengan penciptaan seni, penilaian terhadap seni dan perenungan atas seni.
Filsafat merupakan bidang pengetahuan yang senantiasa bertanya dan mencoba menjawab persoalan-persoalan yang sangat menarik perhatian manusia sejak dahulu hingga sekarang. Salah satu persoalan yang mendasari ungkapan rasa manusia adalah estetika, jika peranannya sebagai filsafat dan ilmu pengetahuan.
Ø  The Liang Gie menyatakan ada enam jenis persoalan falsafi, yaitu :
1.         Persoalan metafisis (methaphysical problem)
2.         Persoalan epistemologis (epistemological problem)
3.         Persoalan metodologis (methodological problem)
4.         Persoalan logis (logical problem)
5.         Persoalan etis (ethical problem)
6.         Persoalan estetika (esthetic problem)
Ø   Persoalan estetika pada pokoknya meliputi empat hal :
1.         Nilai estetika (esthetic value)
Nilai adalah ukuran derajad tinggi-rendah atau kadar yang dapat diperhatikan, diteliti atau dihayati dalam berbagai objek yang bersifat fisik maupun abstrak. Nilai dapat diartikan sebagai esensi, pokok yang mendasar, yang akhirnya dapat menjadi dasar-dasar normatif.
Karya seni sebagai hasil ciptaan manusia mempunyai nilai-nilai tertentu untuk memuaskan suatu keinginan manusia. Sekiranya tidak memiliki nilai-nilai itukarya seni takkan diciptakan manusia dan seni tidak mungkin berkembang sejak dulu sampai mencapai kedudukannya dewasa ini yang demikian universal dan tinggi (The Liang Gie, 1976:72)
Pada dasarnya setiap nilai seni dari konteks manapun memiliki nilai yang tetap. Setiap artefak seni memiliki aspek nilai instrinsik-artistik, yakni berupa bentuk-bentuk menarik atau indah. Nilai lain dalam karya seni adalah nilai kognitif atau pengetahuan. Nilai ini terbatas pada beberapa cabang seni saja. Ada beberapa cabang seni yang kurang mengandung nilai kognitif. Seperti musik, hanya alat yang menimbulkan bunyi itu yang bersifat kontekstual. Nilai kognitif amat tampak dalam seni rupa, seni film, dan seni sastra.Nilai seni yang terakhir adalah nilai hidup. Karya seni bukan semata-mata demi artistik, meskipun ada aliran yang demikian. Tetapi, karena nilai itu sendiri selalu dalam konteks praktis dan fungsional dalam hidup manusia, maka perasaan nilai di luar nilai artistik menjadi sasarannya juga.
a.        Menurut Dharsono Soni Kartika dalam bukunya yang berjudul pengantar estetika, nilai seni terbagi 3 :
§  Nilai Intrinsik
Nilai instrinsik adalah nilai yang hakiki dalam karya seni secara implisit. Sifatnya mutlak dan hakiki dan nilai instrinsik adalah nilai seni itu sendiri.
§  Nilai Ekstrinsik
Nilai ekstrinsik adalah nilai yang tidak hakiki. Nilai ini tidak langsung menentukan suatu karya seni, melainkan berfungsi sebagai pendukung, memperkuat kehadiran atau penyelenggarakan karya seni.
§  Nilai Musikal
Nilai musikal adalah suatu kualita musik murni yang tersamar dan sukar ditangkap oleh proses penghayatan karya seni. Nilai musikal ini memuaskan seniman dan pencipta seni yang disebabkan oleh rasa senang yang didasari secara spontan.
§  Nilai Makna
Dalam penampilan seninkita dapat menyimak makna penampilan itu, baik yang terdapat pada bentuk luar maupun isinya. Makna luar adalah makna yang sebenarnya dan melambangi makna yang terkandung dibalik makna itu.
Nilai seni dan nilai estetis sangat sulit dibedakan dan dipisahkan, karena keduanya menyangkut psikologi seni dan filsafat seni, dan ada didalam “dunia” yang sama yakni didalam karya seni. Menurut Immanuel Kant (seorang penggagas aliran kritisime dalam tradisi filsafat) mengatakan bahwa nilai estetis terbagi menjadi dua.
§  Pertama, nilai estetis atau nilai murni. Oleh karena nilainya murni, maka bila ada keindahan, dikatakan keindahan murni. Keindahan nilai estetis murni ini terdapat pada garis, bentuk, warna dalam seni rupa. Gerak, tempo, irama dalam seni tari. Suara, metrum, irama dalam seni musik. Dialog dan gerak dalam seni drama.
§  Kedua, nilai ekstra estetis atau nilai tambahan. Nilai ekstra estetis (nilai luar estetis) yang merupakan nilai tambahan terdapat pada bentuk-bentuk manusia, alam dan binatang.

2.        Pengalaman estetis (esthetic experience)
Dalam menikmati karya seni, ada dua kategori, yaitu : pengalaman artistik dan pengalaman estetik. Pengalaman artistik adalah pengalaman seni yang terjadi dalam proses penciptaan karya seni. Pengalaman ini dirasakan oleh seniman atau pencipta seni pada saat melakukan aktivitas artistik. Sedangkan pengalaman estetik adalah pengalaman yang dirasakan oleh penikmat terhadap karya estetik (keindahan). Konteksnya bisa ditunjukan untuk penikmat karya seni dan keindahan alam.
Pengalaman estetik terhadap benda seni dan alam adalah dua pengalaman yang berbeda tanggapan estetiknya, karena keindahan alam dan karya seni memiliki karakteristik yang berbeda. Emmanuel Khan dan beberapa filsuf lain menandaskan bahwa pengalaman estetik bersifat tanpa pamrih, manusia tidak mencari keuntungan, tidak terdorong pertimbangan praktis.
Pengalaman religius dalam beberapa gejala menampakkan diri sebagai (mirip dengan) pengalaman estetis, tetapi terdapat perbedaan yang terletak pada suatu dorongan atau dinamisme yang termuat dalam pengalaman religius yaitu kearah transenden.

3.        Perilaku orang yang mencipta (seniman)
Seniman berusaha mengkomunikasikan idenya lewat benda-benda seni kepada publik. Publik yang menikmati dan menilai karya seni tersebut akan memberikan nilai-nilai. Pikiran para seniman tidak selalu bersifat abstrak dalam menuangkan idenya.
Objek yang ditampilkan oleh seniman berasal dari fase kehidupan manusia, alam pikiran, ajaran tertentu, kepercayaan dan dunia estetika itu sendiri, yang disebut dengan tema. Tema dalam seni terdiri dari lima (5) macam, yaitu:
a.         Tema yang menyenangkan, tema yang paling mudah dan paling digemari oleh seniman dan mudah dihayati publik. Tema ini terdiri dari; tema berbesar hati (optimistis), tema bercinta luhur (idealistis), tema yang menimbulkan rasa enak atau membius.
b.        Tema yang tidak menyenangkan, yang terdiri dari; tema yang mengerikan (tragis), tema yang menyedihkan (pathetis).
c.         Tema yang lucu, tema ini dapat meragukan situasi tema yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Yang menjadi objek seolah-olah berpura-pura namun tidak mengena.
d.        Tema renungan, yang berisi; keanehan dari fantasi seniman atau apa yang hidup dalam manusia sendiri, nasehat atau khutbah yang bersumber pada agama dan moralitas.
e.         Tema ungkapan estetis, tema ini membina seni menjadi lebih murni, karena seniman memanipulasi berbagai kemungkinan dari unsur komposisinya. Tema ini mempunyai kemungkinan lebih murni dalam mengubah suatu karya seni, karena tidak terikat oleh makna dan nilai lain, atau tema dan cerita.

4.     Seni
Dalam kehidupan manusia, tidak satupun yang tak dapat diungkapkan dalam seni, baik yang bersifat murni maupun yang bersifat rohani. Dengan bertolak dari suatu pernyataan bahwa seni adalah penampilan (representation) dan bukan kenyataan (reality). Dengan seni, seniman dapat mengemukakan suatu bahan pikiran tertentu, renungan atau ajaran tertentu bagi para publiknya.

C.       Estetika dan Ilmu
Istilah estetika sebagai “ilmu tentang seni dan keindahan” pertama kali di perkenalkan oleh Alexander Baumgarten (1714-17620, seorang filsuf Jerman adalah yang pertama memperkenalkan kata “aisthetika”, sebagai penerus pendapat Cottfried Leibniz (1646-1716). Baumgarten memilih estetika karena ia mengharapkan untuk memberikan tekanan kepada pengalaman seni sebagai suatu sarana untuk mengetahui (the perfection of sentient knowledge). Untuk estetika sebaliknya jangan dipakai kata filsafat keindahan karena estetika kini tidak lagi semata-mata menjadi permasalahan falsafi tapi sudah sangat ilmiah. Dewasa ini tidak hanya membicarakan keindahan saja dalam seni atau pengalaman estetis, tetapi juga gaya atau aliran seni, perkembangan seni dan sebagainya.
Walaupun pembahasan estetika sebagai ilmu baru dimulai pada abd ke XVII namun pemikiran tentang keindahan dan seni sudah ada sejak zaman yunani kuno, yang disebut dengan istilah “beauty” yang diterjemahkan dengan istilah “filsafat keindahan”.
Ilmu estetika adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek dari apa yang kita maksud dengan keindahan.
Estetika dan ilmu merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, karena sekarang ada kecenderungan orang memandang sebagai ilmu kesenian (science of art) dengan penekanan watak empiris dari disiplin filsafat.
Dalam karya seni dapat digali berbagai persoalan obyektif. Umpamanya persoalan tentang susunan seni, anatomi bentuk, atau pertumbuhan gaya, dan sebagainya. Penelahaan dengan metode perbandingan dan analisis teoritis serta penyatu paduan secara kritis menghasilkan sekelompok pengetahuan ilmiah yang dianggap tidak tertampung oleh nama estetika sebagai filsafat tentang keindahan. Akhir abad ke-19 bidang ilmu seni ini di Jerman disebut “kunstwissensechaft”. Bila istilah itu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris adalah “general science of art”.
E.D. Bruyne dalam bukunya Filosofe van de Kunst berkata bahwa pada abad ke-19 seni diperlakukan sebagai produk pengetahuan alami. Sekarang dalam penekanannya sebagai disiplin ilmu, estetika dipandang sebagai “the theory of sentient knowledge”. Estetika juga diterima sebagai “the theory of the beautiful of art” atau “the science of beauty”.
Estetika dan ilmu merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, karena sekarang ada kecenderungan orang memandang sebagai ilmu kesenian (science of art) dengan penekanan watak empiris dari disiplin filsafat. Dalam karya seni dapat digali berbagai persoalan obyektif. Umpamanya persoalan tentang susunan seni, anatomi bentuk, atau pertumbuhan gaya, dan sebagainya. Penelahaan dengan metode perbandingan dan analisis teoritis serta penyatupaduan secara kritis menghasilkan sekelompok pengetahuan ilmiah yang dianggap tidak tertampung oleh nama estetika sebagai filsafat tentang keindahan. Akhir abad ke-19 bidang ilmu seni ini di Jerman disebut "kunstwissensechaft". Bila istilah itu diteterjemahkan ke dalam bahasa Inggris adalah "general science of art".
E.D. Bruyne dalam bukunya Filosofie van de Kunst berkata bahwa pada abad ke-19 seni diperlakukan sebagai produk pengetahuan alami. Sekarang dalam penekanannya sebagai disiplin ilmu, estetika dipandang sebagai "the theory of sentient knowledge". Estetika juga diterima sebagai "the theory of the beautiful of art" atau "the science of beauty".
Sebagai disiplin ilmu, estetika berkembang sehingga mempunyai perincian yang semakin kaya, antara lain :
a.       Theories of art,
b.      Art Histories,
c.       Aesthetic of Morfology,
d.      Sociology of Art,
e.       Anthropology of Art,
f.        Psychology of Art,
g.       Logic, Semantic, and Semiology of Art.
Estetika merupakan studi filsafati berdasarkan nilai apriori dari seni (Panofsky) dan sebagai studi ilmu jiwa berdasarkan gaya-gaya dalam seni (Worringer).
Berdasarkan kenyataan pendekatan ilmiah terhadap seni, dalam estetika dihasilkan sejarah kesenian dan kritik seni. Sejarah kesenian bersifat faktual, dan positif, sedangkan kritik seni bersifat normatif.



BAB III
PENUTUP

A.       Kesimpulan
1.    Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Selain itu, estetika juga dapat diartikan sebagai suatu cabang filsafat yang memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada alam dan seni.
2.   Filsafat estetika adalah cabang ilmu yang membahas masalah keindahan. Bagaimana keindahan bisa tercipta dan bagaimana orang bisa merasakannya dan memberi penilaian terhadap keindahan tersebut. Filsafat estetika membahas tentang refleks kritis yang dirasakan oleh indera dan memberi penilaian terhadap sesuatu, indah atau tidak indah, beauty or ugly. Persoalan estetika pada pokoknya meliputi empat hal yaitu nilai estetika (esthetic value), pengalaman estetis (esthetic experience), Perilaku orang yang mencipta (seniman), dan Seni.
3.   Ilmu estetika adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek dari apa yang kita maksud dengan keindahan.Estetika dan ilmu merupakan suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan, karena sekarang ada kecenderungan orang memandang sebagai ilmu kesenian (science of art) dengan penekanan watak empiris dari disiplin filsafat..

B.        Saran
Dengan adanya makalah ini, diharapkan para pembaca dapat mengetahui dan memahami makna estetika dan perkembangannya sebenarnya, sehingga para pembaca dapat memberikan apresiasi lebih terhadap karya seni. Selain itu, diharapkan pula makalah ini bermanfaat para pembaca dalam penerapannya kususnya kepada para calon Guru SD.



DAFTAR RUJUKAN

Anonim.2013.Makna Filsafat EstetikaAnonim.2013.Makna Filsafat Estetika.(online).(http://thedarkancokullujaba.blogspot.co.id/2012/10/makna-filsafat-estetika.html), diakses pada tanggal 02 oktober 2016
Bagus, Sihnu.2010.Pengertian Estetika,(online),(http://all-about-theory.blogspot.ca./2010/10/pengertian–estetika.html?m=1), diakses pada tanggal 02 oktober 2016
Putri, Ayunda.2015.Pengertian Estetika Dan Perkembangannya.(online).specialpengetahuan.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-estetika dan perkembangannya.html?m=1. Di akses pada 01 oktober 2016
Pamela, Anita.2013.Pengertian Estetika dan Ruang Lingkup Kajiannya.(online).catatan-senirupa.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-estetika-dan-ruang-lingkup.html?m=1. di akses pada 01 oktober 2016



Tidak ada komentar:

Posting Komentar